Gejala Keracunan Merkuri

Gejala yang diakibatkan oleh keracunan merkuri sangat tergantung pada dosis yang diterima oleh tubuh, lamanya keterpajanan, dan daya tahan tubuh penderita. Gejala dapat bersifat akut maupun kronik.

a. Keracunan Akut
Gejala akut akibat keracunan merkuri dapat timbul dalam beberapa jam, yaitu berupa rasa lemah, menggigil, rasa logam, mual dan muntah, diare, batuk dan sesak napas. Gejala muncul setelah menghirup uap merkuri. Keracunan ini dapat berkembang menjadi pneumonia intersistel disertai dengan gangguan fungsi paru yang berat. Penyembuhan pada umumnya sempurna namun dapat terjadi fibrosis paru.
Laporan lain juga menyebutkan gejala awal keracunan dimulai dengan rasa baal pada tungkai dan daerah sekitar mulut, gangguan keseimbangan tubuh, dan kesulitan menggerakkan tangan. Selanjutnya terjadi gangguan koordinasi, kelemahan dan tremor, gaya bicara yang pelan, pendengaran dan penglihatan yang berubah. Gejala-gejala ini akan bertambah buruk mengarah kepada kelumpuhan umum, gerakan yang involunter, kesulitan menelan, kejang-kejang, kerusakan otak dan meninggal.

b. Keracunan Kronis
Gejala yang timbul terjadi secara lambat berupa gejala neurologis, yang disebut sindrom vegetatif kronik astenik. Sindrom ini terdiri atas gejala neurastenik disertai dengan tiga atau lebih gejala, yaitu peningkatan ambilan (intake) iodium radioaktif oleh kelenjar tiroid, takikardia, nadi labil, gingivitis, dermografia, dan peningkatan merkuri dalam urin. Pajanan yang terus-menerus mengakibatkan tremor dan perubahan psikologis misalnya depresi, iritabilitas, rasa malu berlebihan, dan gangguan vasomotor (prespirasi berlebihan dan flushing). Keseluruhan gejala ini disebut eretism.
Ciri umum keracunan uap merkuri adalah hipersalivasi dan gingivitis. Trias gejala yang menonjol adalah eksitabilitas, tremor dan gingivitis. Pajanan yang lebih kronis dapat menyebabkan disfungsi ginjal. Gangguan ginjal yang parah terjadi pada pajanan merkuri anorganik. Pada keracunan merkuri anorganik (terutama ion merkuri) muncul sindrom akrodinia, yaitu gejala-gejala yang berupa eritema pada ekstremitas, dada dan wajah, photophobia, diaforesis, mual, takikardia, sembelit dan diare.
Pajanan merkuri organik (methylmercury) pada umumnya menimbulkan gejala neurologis. Gejalanya berupa gangguan penglihatan (skotoma dan penyempitan medan penglihatan), ataksia, parestesia, neurastenia, kehilangan pendengaran, disartria, kemunduran mental, tremor, gangguan motorik, paralisis, dan kematian. Efek terhadap fetus dapat terjadi walaupun ibu yang mengandungnya tanpa gejala. Gangguannya berupa kemunduran mental dan neuromuskular.
READ MORE - Gejala Keracunan Merkuri

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengobatan/Penanggulangan Keracunan Merkuri

Keracunan merkuri dapat dibedakan atas keracunan akut dan keracunan kronik,adapun cara penanggulangannya yaitu :

a. Keracunan Akut
Apabila tertelan, untuk pertolongan pertama dapat diberikan telur mentah atau susu segar, diharapkan logam berat tersebut dapat diikat oleh protein yang ada dalam susu atau telur. Selanjutnya dapat diberikan antidot berupa sodium formaldehyde sulfoxilate. Antidot ini mengurangi unsur ion merkuri bivalen sehingga mengurangi penyerapannya. Dapat juga diberikan suntikan intramuskular dimerkaprol atau penisilamin untuk menginaktifkan merkuri yang sudah diabsorpsi.
Pengobatan dengan dimerkaprol efektif dilakukan pada kasus keracunan akut yang kurang dari 5 jam. Tergantung dari jumlah dan lamanya keracunan yang terjadi, hemodialisis harus dipertimbangkan guna menghindari kerusakan ginjal lebih lanjut. Dosis pemberian dimerkaprol atau penisilamin sangat bervariasi secara individual. Pada umumnya diberikan dengan dosis dimerkaprol 5-6 mg/KgBB intramuskular 2 kali sehari, diberikan selama 10 hari.
Penisilamin diberikan secara oral dengan dosis 250 mg setiap 6 jam sehari, dapat dikombinasi dengan dimerkaprol atau sendiri-sendiri.
Chelator oral misalnya meso-2,3, dimercaptosuccinic acid dan sodium 2,3 dimercapto-1-propanesulfonat lebih menguntungkan dibandingkan dengan dimerkaprol, termasuk juga toksisitasnya rendah.
Pada keracunan merkuri anorganik penggunaan dimerkaprol merupakan kontraindikasi, sedangkan meso-2,3-dimmercaptosuccinic acid dan sodium 2,3-dimercapto-1-propanesulfonat dapat digunakan pada semua jenis keracunan merkuri.

b. Keracunan Kronik
Pengobatan keracunan kronis pada umumnya bersifat simtomatis. Penderita harus dihindarkan dari pemajanan yang lebih lanjut. Karena umumnya keracunan kronis ini terjadi pada industri-industri, maka pekerja yang keracunan merkuri harus dipindahkan ke tempat lain yang bebas dari pencemaran. Respon keracunan kronis terhadap pengobatan sangat lambat. Pada umumnya sampai bertahun-tahun masih menyisakan gejala.
Pemberian dimerkaprol dan penisilamin dapat mengurangi efek keracunan dengan jalan mempercepat ekskresi merkuri, namun pada umumnya gagal dalam meningkatkan kondisi klinis penderita.
Khusus dalam hal keracunan methylmercury, pengobatan dengan hemodialisis tidak banyak berguna, karena methylmercury terkumpul dalam eritrosit dan hanya sejumlah kecil saja yang ada di dalam plasma.
READ MORE - Pengobatan/Penanggulangan Keracunan Merkuri

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perubahan iklim

Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang iklim yang terjadi dalam waktu yang cukup lama. Perubahan iklim dapat terjadi pada sebahagian daerah bumi maupun pada seluruh bagian bumi. Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan-perubahan keadaan yang ada di bumi seperti kenaikan temperatur (meningkatnya pemanasan),perubahan waktu pergantian musim, perubahan permukaan air laut, perubahan luasan salju dikutup utara serta perubahan kegiatan atau kegiatan manusia akibat dari menyesuaikan kondisi dengan alam.Berikut adalah beberapa hal yang disebabkan oleh adanya perubahan iklim:

Meningkatnya pemanasan :
Sebelas dari dua belas tahun terakhir merupakan tahun-tahun terhangat dalam temperatur permukaan global sejak 1850. Tingkat pemanasan rata-rata selama lima puluh tahun terakhir hampir dua kali lipat dari rata-rata seratus tahun terakhir. Temperatur rata-rata global naik sebesar 0.74oC selama abad ke-20, dimana pemanasan lebih dirasakan pada daerah daratan daripada lautan.

Lebih banyak air, tetapi penyebarannya tidak merata :
Adanya peningkatan presipitasi pada beberapa dekade terakhir telah diamati di bagian Timur dari Amerika Utara dan Amerika Selatan, Eropa Utara, Asia Utara serta Asia Tengah. Tetapi pada daerah Sahel, Mediteranian, Afrika Selatan dan sebagian Asia Selatan mengalami pengurangan presipitasi. Sejak tahun 1970 telah terjadi kekeringan yang lebih kuat dan lebih lama.

Kenaikan permukaan Laut :
Saat ini dilaporkan tengah terjadi kenaikan muka laut dari abad ke-19 hingga abad ke-20, dan kenaikannya pada abad 20 adalah sebesar 0.17 meter. Pengamatan geologi mengindikasikan bahwa kenaikan muka laut pada 2000 tahun sebelumnya jauh lebih sedikit daripada kenaikan muka laut pada abad 20. Temperatur rata-rata laut global telah meningkat pada kedalaman paling sedikit 3000 meter.

Pengurangan tutupan salju :
Tutupan salju semakin sedikit di beberapa daerah, terutama pada saat musim semi. Sejak 1900, luasan maksimum daerah yang tertutup salju pada musim dingin/semi telah berkurang sekitar 7% pada Belahan Bumi Utara dan sungai-sungai akan lebih lambat membeku (5.8 hari lebih lambat daripada satu abad yang lalu) dan mencair lebih cepat 6.5 hari.

Gletser yang mencair :
Pegunungan gletser dan tutupan salju rata-rata berkurang pada kedua belahan bumi dan memiliki kontribusi terhadap kenaikan muka laut sebesar 0.77 milimeter per tahun sejak 1993 – 2003. Berkurangnya lapisan es di Greenland dan Antartika berkontribusi sebesar 0.4 mm pertahun untuk kenaikan muka laut (antara 1993 – 2003).

Benua Arktik menghangat :
Temperatur rata-rata Benua Arktik mengalami peningkatan hingga mencapai dua kali lipat dari temperatur rata-rata seratus tahun terakhir. Data satelit yang diambil sejak 1978 menunjukkan bahwa luasan laut es rata-rata di Arktik telah berkurang sebesar 2.7% per dekade.
Sumber : Wikipedia, Sekilas tentang perubahan iklim.pdf, perubahan iklim
READ MORE - Perubahan iklim

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Fitoplankton sebagai biosorben

Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen.

Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton atau "tanaman" dan πλαγκτος ("planktos"), berarti "pengembara" atau "penghanyut".
Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar,
mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (walaupun warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies
fitoplankton karena kandungan klorofil yang berbeda beda atau memiliki tambahan pigmen seperti phycobiliprotein).

saat ini fitoplanton mulai dikembangkan sebagai adsorben untuk polutan yang berupa logam maupun senyawa organik,maupun untuk senyawa organik masih terbatas pada senyawa organik tertentu.
Untuk logam, fitoplankton digunakan untuk menyerap logam Fe, Pb, Cr dan lain sebagainya.
kedepan diharapkan akan semakin banyak penelitian mengenai fitoplankton, sehingga berbagai aspek yang ada pada fitoplankton sebagai suatu biosorben dapat diketahui oleh para peneliti
READ MORE - Fitoplankton sebagai biosorben

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

green chemistry

Kimia hijau atau green chemistry adalah sebuah paradigma baru yang menggiatkan rancangan proses dan produk yang bisa memperkecil bahkan menghilangkan penggunaan maupun pembentukan bahan kimia beracun dan berbahaya. Sedikit berbeda dengan cakupan bahasan kimia lingkungan yang mengurusi aspek-aspek kimia dalam lingkungan, maka kimia hijau lebih mengarahkan pandangannya pada persoalan mencari metode proses kimia yang lebih ramah lingkungan, mengurangi, dan mencegah polusi serta sumber polusinya.

Bisa dikatakan kimia hijau adalah pengetahuan basi karena hanyalah hasil kolaborasi dari beragam disiplin ilmu kimia yang telah mapan sebelumnya. Tapi yang menjadikan dia bersinar di lingkup disiplin kimia adalah konsepnya. Paradigma kimia hijau ini telah mengundang dan menuntun para ilmuwan untuk mengembangkan inovasi proses kimia yang menggeser, menambah/mengurangi atau memperbaharui proses kimia tradisional-konvensional menjadi lebih ramah terhadap lingkungan maupun manusia tanpa meninggalkan prinsip-prinsip optimasi proses produksi. Berikut ini akan dipaparkan sedikit konsep-prinsip kimia hijau.

Tahun 2005, Ryoji Noyori mengajukan tiga aspek pengembangan kimia hijau, yaitu carbon dioksida superkritis sebagai pelarut hijau, hidrogen peroksida sebagai agen oksidasi hijau, dan penggunaan hidrogen dalam sintesis senyawa asimetris. Aspek-aspek tersebut menjadi jauh lebih beragam seiring dengan berkembang pesatnya gairah ilmuwan bergiat di bidang kimia hijau. Proses kimia dalam reaktor ukuran mikro, proses kimia yang melibatkan larutan ionik (ionic liquids) maupun reaksi kimia dalam pelarut multi fasa adalah sedikit contoh tambahan aspek.

Paul Anastas dan John C. Warner kemudian mengembangkan 12 prinsip demi mendefinikan kimia hijau :

1. Mencegah terbentuknya sampah sisa proses kimia dengan cara merancang sintesa kimia yang mencegah terbentuknya sampah atau polutan.

2. Merancang bahan kimia dan produk turunannya yang aman yang menghasilkan produk kimia yang efektif tapi tanpa atau rendah efek racunnya.

3. Merancang sintesa kimia yang jauh berkurang efek bahayanya, berarti merancang proses dengan menggunakan dan menghasilkan senyawa yang memiliki sedikit atau tanpa efek beracun terhadap manusia dan lingkungan

4. Memanfaatkan asupan proses kimia dari material terbaharukan. Bahan baku dari produk agrikultur atau aquakultur bisa dikatakan sebagai bahan baku terbaharukan, sedangkan hasil pertambangan dikatakan sebagai bahan tak dapat diperbaharui.

5. Menggunakan katalis. Reaksi yang memanfaatkan katalis memiliki keunggulan karena hanya menggunakan sedikit material katalis untuk mempercepat dan menaikkan produktifitas dan proses daur reaksi.

6. Menghindari proses derivatisasi tehadap senyawa kimia. Artinya menghindari tahapan pembentukan senyawa antara atau derivat ketika melakukan reaksi, karena agen derivat tersebut menambah hasil samping atau hanya terbuang percuma sebagai sampah.

7. Memaksimalkan ekonomi atom dengan jalan merancang proses sehingga hasil akhir mengandung proporsi maksimum terhadap asupan awal proses sehingga tidak menghasilkan sampah atom.

8. Penggunaan pelarut dan kondisi reaksi yang lebih aman dengan cara mencoba menghindari penggunaan pelarut, agen pemisah, atau bahan kimia pembantu lainnya. Pelarut digunakan seminimal mungkin dan tidak menimbulkan masalah pencemaran atau kerusakan terhadap lingkungan dan atmosfer. Air adalah contoh pelarut segala (universal solvent) yang ramah lingkungan.

9. Meningkatkan efisiensi energi yaitu melakukan reaksi pada kondisi mendekati atau sama dengan kondisi alamiah, misalnya suhu ruang dan tekanan atmosfer.

10. Merancang bahan kimia dan produknya yang dapat terdegradasi setelah digunakan menjadi material tidak berbahaya atau tidak terakumulasi setelah digunakan.

11. Analisis pada waktu bersamaan dengan proses produksi untuk mencegah polusi. Dalam sebuah proses, dimasukkan tahapan pengawasan dan pengendalian bersamaan dengan dan sepanjang proses sintesis untuk mengurangi pembentukan produk samping.

12. Memperkecil potensi kecelakaan yaitu merancang bahan kimia dan wujud fisiknya yang dapat meminimalkan potensi kecelakaan kimia misalnya ledakan, kebakaran, atau pelepasan racun ke lingkungan.
READ MORE - green chemistry

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS